Home / Berita / BKSDA Kalsel Dukung Bandara Syamsuddin Noor Menuju Eco-Airport

BKSDA Kalsel Dukung Bandara Syamsuddin Noor Menuju Eco-Airport

Bandara Syamsuddin Noor Menuju Eco-Airport (01)
BANJARMASIN, 22 JANUARI 2019  –  Bandar udara merukan salah satu moda transportasi penting dalam mengimbangi kelancaran pertumbuhan ekonomi dan aksesibilitas wilayah-wilayah kepulauan. Saat ini pengelola bandara  dituntut untuk mengambil peran dalam mengurangi permasalahan lingkungan. Untuk itulah pengelolaan bandara harus sustainable di berbagai aspek yang kemudian dikenal dengan eco airport.

Pada tanggal 22 Januari 2019, pihak PT. Angkasa Pura I mengadakan Focus Group Discussion terkait hasil kajian habitat satwa liar dalam management Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin bertempat di Hotel Aston Banjarmasin. Peserta FGD dihadiri instansi pemerintah dari BAPPEDA, Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel, BKSDA Kalsel, BP2LHK Banjarbaru, akademisi ULM, dan dari LSM Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia. Penelitian yang digawangi oleh Prof. DR. E.K.S. Harini Muntasib, MS,  salah satu akademisi Institut Pertanian Bogor ini menyampaikan bahwa telah ditemukan 5 jenis mamalia, 31 jenis burung dan 12 jenis herpetofauna di Kawasan Bandara Syamsuddin Noor dan sekitarnya.

 
Bandara Syamsuddin Noor Menuju Eco-Airport (02)

Prinsip dasar management habitat satwa liar ini adalah untuk mengantisipasi dan menanggulangi bahaya yang ditimbulkan akibat keberadaan burung dan satwa liar lainnya di bandara dan sekitarnya terhadap operasi pesawat udara, namun juga menyediakan ruang bagi satwa tersebut untuk tetap berkembang biak di lokasi yang aman bagi aktivitas penerbangan udara maupun perkembangan satwa itu sendiri.

Menurut penjelasan Prof. Harini, Bandara Syamsuddin Noor tergolong bandara yang relatif aman atas permasalahan birdstrike, karena lokasi bandara yang jauh dari pantai serta berada di tengah kota, sehingga hanya sedikit burung yang  berpotensi menimbulkan birdstrike.

Dalam diskusi FGD tersebut, BKSDA Kalsel menyampaikan bahwa perlu juga diperhatikan dampak perluasan pembangunan bandara, yang tidak terlepas dari pembukaan lahan dan berpotensi menimbulkan konflik, khususnya monyet ekor panjang yang masuk ke permukiman.

Pihak PT. Angkasa Pura siap menjalin kerja sama dengan banyak pihak terkait pengembangan eco-airport ini baik dengan para peneliti maupun instansi terkait untuk pengelolaan bandara kedepannya. (jrz)

 

 

salam bekantan !!!

Source & Doc. by : Titik Sundari, S.Hut (PEH BKSDA Kalsel)

About Admin BKSDA

Check Also

Balai KSDA Kalsel Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Kelompok “Bunga Tanjung” di Desa Tanjung Seloka Utara

Tanjung Seloka Utara, 29 Agustus 2025 – Balai KSDA Kalimantan Selatan melaksanakan kegiatan Fasilitasi Peningkatan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *